Kamis, 02 Juni 2016

MAKALAH TAFSIR Ayat-Ayat Tentang yang Ghaib dan Ayat-Ayat Tentang Risalah



 
BAB I

PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang
Semua makhluk yang diciptakan Allah SWT dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu yang ghaib dan yang nyata. Contoh makhluk yang nyata diantaranya manusia dan hewan sedangkan contoh makhluk yang ghaib diantaranya malaikat dan jin. Allah menciptakan jin dan manusia tidak lain untuk beribadah kepada-Nya.
Allah SWT mengutus para Nabi dan Rasul sebagai pembawa risalah dan sebagai penerang serta washilah untuk menunjukan manusia kepada jalan yang lurus, jalan yang diridhoi dan jalan yang akan menyelamatkan manusia dalam setiap dimensi kehidupan, tidak hanya duniawi yang dikejar akan tetapi keabadian akhirat sebagai tujuan utama dalam mengarungi kehidupan ini.
Allah menurunkan Kitab-Kitab kepada para Nabi dan Rasul-Nya sebagai bukti atas kebesaran-Nya dan juga sebagai ujian bagi manusia, apakah manusia akan beriman pada kitab-kitab tersebut ataukan ia akan menjadi golongan pembangkang yang mendapatkan murka Allah SWT.
Pada ayat-ayat berikut penulis akan mencoba memaparkan beberapa penafsiran tentang ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an yang mengandung pelajaran dan kabar tentang yang ghaib dan tentang risalah.

B.   Rumusan Masalah
1.      Bagaimana tafsir Qur’an Surat Shaad ayat 71-88 ?
2.      Bagaimana tafsir Qur’an Surat Al Kahfi ayat 50-51 ?
3.      Bagaimana tafsir Qur’an Surat An Nahl ayat 36 ?
4.      Bagaimana tafsir Qur’an Surat Al Baqarah ayat 213 ?
5.      Bagaiaman tafsir Qur’an Surat Al Hadid ayat 27 ?

C.   Tujuan
1.      Untuk mengetahui tafsir Qur’an Surat Shaad ayat 71-88.
2.      Untuk mengetahui tafsir Qur’an Surat Al Kahfi ayat 50-51.
3.      Untuk mengetahui tafsir Qur’an Surat An-Nahl ayat 36.
4.      Untuk mengetahui tafsir Qur’an Surat Al Baqarah ayat 213.
5.      Untuk mengetahui tafsir Qur’an Surat Al Hadid ayat 27.
















BAB II
PEMBAHASAN


A.     AYAT-AYAT TENTANG YANG GHAIB
1.       Tafsir Qur’an Surat Shaad (38): 71-88

71. (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah."

72. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya."

73. Lalu seluruh malaikat-malaikat itu bersujud semuanya,      

74. kecuali iblis; dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir.

75. Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?."

76. Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah."

77. Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk,
                                                               
78. Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan."
                                   
79. Iblis berkata: "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan."

80. Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh,

81. sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat)."
                                                                                                                
82. Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,

83. kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.             

84. Allah berfirman: "Maka yang benar (adalah sumpah-Ku) dan hanya kebenaran itulah yang Ku-katakan."

85. Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahannam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka kesemuanya.

Tafsir Ayat
              Kisah ini telah disebutkan oleh Allah Tabaaraka wa Ta’ala di dalam surat Al-Baqarah, awal surat Al-A’raaf, surat Al-Hijr, Al-Kahfi dan ayat ini. Syaitan meminta penundaan hingga hari kebangkitan, lalu Allah Yang Maha Penyabar yang tidak menyegerakan siksa-Nya kepada orang yang berbuat maksiat kepada-Nya mengizinkan penundaan tersebut. Maka, ketika dia merasa aman dari kebinasaan hingga hari Kiamat, dia pun membangkang dan melampaui batas, serta berkata: Demi kekuasaan-Mu, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlash di antara mereka.” Mereka itulah yang dikecualikan dalam ayat lain, yaitu dalam firman Allah SWT: Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Rabb-mu sebagai Penjaga.” (QS. Al-Israa’:65)
              Firman Allah Ta’ala: Allah berfirman: ‘Maka, yang benar (adalah sumpah-Ku) dan hanya kebenaran itulah yang Aku katakan. Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi Neraka Jahannam dengan jenismu dan dengan orang-orang yang mengikutimu di antara mereka semuanya.’” Sekelompok ahli tafsir, di antaranya Mujahid, membaca ayat ini dengan me-rafa’-kan (membaca dengan dhammah) “alhaqqu” yang pertama. Dan Mujahid menafsirkannya, bahwa maknanya yaitu: “Aku-lah Yang Maha Benar dan hanya kebenaran itulah yang aku katakan.” Dan menurut salah satu riwayat lagi darinya: “kebenaran itu adalah dari-Ku dan Aku mengatakan kebenaran.” Sedangkan ulama lain membacanya dengan nashab (fat-hah) “alhaqqu”. As-Suddi berkata: “Yaitu, sumpah yang dilakukan oleh Allah.”
                                                                                                                    
86. Katakanlah (hai Muhammad): "Aku tidak meminta upah sedikitpun padamu atas da'wahku dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan.
                                         
87. Al Quran ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam.

88. Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al Quran setelah beberapa waktu lagi.

Tafsir Ayat
Allah Ta’ala berfirman: “katakanlah hai Muhammad, kepada orang-orang musyrik itu, ‘Aku tidak meminta upah kepada kalian (yang kalian berikan) berupa harta benda dunia atas penyampaian risalah dan nasihat ini.’”
 Dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan.” Artinya, aku tidak menghendaki dan tidak menginginkan kelebihan atas risalah yang disampaikan oleh Allah Ta’ala kepadaku, bahkan aku tunaikan apa yang diperintahkan-Nya kepadaku, aku tidak tambah dan kurangi, aku hanya mengharap wajah Allah SWT dan negeri akhirat.
Sufyan ats-Tsauri berkata dari al-A’masy dan Mansur, dari Abudh Dhuha, bahwa masruq berkata: “Kami mendatangi ‘Abdullah bin Mas’ud ra, lalu dia berkata: ‘Wahai sekalian manusia, barang siapa mengetahui sesuatu, maka hendaklah ia mengatakannya. Dan barang siapa tidak mengetahuinya, maka katakanlah: ‘“allahua’lam” (Allah lebih mengetahui).’ Karena sesungguhnya termasuk bagian dari sebuah ilmu bahwa seseorang mengatakan ‘“allahua’lam” (Allah lebih mengetahui)’ apa yang tidak diketahuinya.” Sesungguhnya Allah SWT berfirman kepada Nabi kalian SAW:  Katakanlah (hai Muhammad): ‘Aku tidak meminta upah sedikit pun kepadamu atas dakwahku, dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan.” Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkannya dari hadits al-A’masy.
Firman Allah Tabaaraka wa Ta’ala:  Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam.” Yakni, Al-Qur’an ini adalah peringatan bagi seluruh mukallaf (siapa yang menerima beban syari’at) di antara manusia dan jin. Itulah yang dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas RA. Ayat ini seperti firman Allah Ta’ala:  Supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai (kepadanya) al-Qur’an.” (QS. Al-An’aam: 19)
Firman Allah SWT:  Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita al-Qur’an.” Yaitu, berita dan kebenarannya.  Setelah beberapa waktu lagi.” Yaitu, dalam waktu dekat. Qatadah berkata: “setelah kematian.” ‘Ikrimah berkata: “Yaitu pada hari Kiamat.” Kedua pendapat ini tidak saling bertentangan, karena orang yang wafat (berarti dia) telah masuk pada hukum Kiamat. Qatadah berkata tentang firman Allah SWT:    Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran berita al-Qur’an setelah beberapa waktu lagi,” al-Hasan berkata: “Hai anak Adam! Ketika mati, akan datang kepadamu berita yang meyakinkan.”[1]


2.       Tafsir Qur’an Surat Al-Kahfi (18): 50-51

Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.”

Tafsir Ayat
Allah SWT berfirman seraya mengingatkan anak cucu Adam akan permusuhan Iblis terhadap mereka dan juga terhadap bapak mereka. Dan Dia juga sangat mengecam orang-orang yang mengikutinya, menentang Pencipta dan Pelindungnya, padahal Dialah yang mencipta dan memulai kejadiannya. Dengan kelembutan-Nya, Dia memberi rizki dan makan. Kemudian setelah itu semua, iblis justru berpaling dan memusuhi Allah Ta’ala. Di mana Dia berfirman: Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat,” yakni, kepada seluruh Malaikat, sebagaimana yang telah dikemukakan pembahasannya di awal surat Al Baqarah.  Sujudlah kamu kepada Adam.” Yakni, sujud penghormatan, pemuliaan dan pengagungan.
Dan firman-Nya:  Maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin.” Maksudnya, kecuali Iblis yang mengkhianati. Asalnya Iblis diciptakan dari nyala api, sedangkan Malaikat dari cahaya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam Shahih Muslim, dari ‘Aisyah RA, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda “Para Malaikat itu diciptakan dari nur, dan Iblis diciptakan dari nyala api, sedangkan Adam diciptakan seperti yang telah disifatkan kepada mereka
Maka pada saat diperlukan, setiap wadah akan menumpahkan isinya dan Iblis dikhianati oleh tabi’atnya. Karena itu, Iblis bercirikan perilaku Malaikat dan menyerupai mereka dalam beribadah dan dalam melakukan kewajiban. Karena itu, Iblis termasuk dalam apa yang diserukan kepada Malaikat dan Iblis bermaksiat karena menyalahi urusan itu.
Pada ayat ini Allah SWT mengingatkan bahwa Iblis itu termasuk dalam golongan jin karena ia diciptakan dari api, sebagaimana yang Dia firmankan berikut ini:  Aku lebih baik darinya. Engkau ciptakan aku dari api sedangkan Engkau ciptakan Adam dari tanah.” (QS. Al A’raaf: 12)
Al-hasan Al-Bashri mengemukakan, Iblis itu bukan dari golongan Malaikat sama sekali, sesungguhnya ia berasal dari golongan jin, sebagaimana Adam AS adalah asal mula manusia. Demikian yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dengan isnad yang shahih.
Mengenai firman-Nya:  Dia adalah dari golongan jin,” Ibnu ‘Abbas mengatakan: “Yakni dari pembendaharaan Jannah, sebagaimana seseorang disebut Makki (dari Makkah) dan Madani (dari Madinah).”
Firman-Nya:  Maka ia mendurhakai perintah Rabb-nya.” Artinya, ia keluar dari ketaatan kepada Allah SWT, karena “fis’qu” berarti keluar. Dikatakan, “fasaqatirruthabatu” (kurma itu berjatuhan) jika ia telah keluar dari tangkainya, atau “fasaqatifa’rotuminjuhrihaa” (tikus itu keluar dari lobangnya), jika ia memang keluarnya untuk melakukan kerusakan.
Kemudian Allah Ta’ala berfirman seraya mengecam dan mencela orang-orang yang mengikuti Iblis  dan mentaatinya: Patutkah kamu mengambil dia dan keturunannya sebagai pemimpin selain dari-Ku.” Yakni, sebagai pengganti diri-Ku. Oleh karena itu, Dia pun berfirman:  Sangat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zhalim,”

Artinya:
Aku tidak menghadirkan mereka (iblis dan anak cucunya) untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri; dan tidaklah Aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong.”

Tafsir Ayat
Allah SWT berfirman, Aku sendiri yang lebih dulu menciptakan segala sesuatu, mengatur, dan menentukannya, tidak ada sekutu bersama-Ku, tidak ada juga pembantu, penasihat, maupun tandingan. Oleh karena itu, Dia berfirman:  Dan tidaklah Aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong.” Malik menyebutkan:”Yakni, para pembantu.”[2]


B.     AYAT-AYAT TENTANG RISALAH
                                         
1.       Tafsir Qur’an Surat Al Nahl (16): 36

Artinya:
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut[826] itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya[826]. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).”

Tafsir Ayat
Allah SWT menjelaskan bahwa para Rasul itu diutus sesuai dengan Sunatullah, yang berlaku pada umat sebelumnya. Mereka itu adalah pembimbing manusia ke jalan yang lurus. Bimbingan Rasul-rasul itu diterima oleh orang-orang yang dikehendaki oleh Allah dan menyampaikan mereka kepada kesejahteraan dunia dan kebahagiaan akhirat, akan tetapi orang-orang yang bergelimang dalam kemusyrikan dan jiwanya dikotori oleh noda noda kemaksiatan tidaklah mau menerima bimbingan Rasul itu.
Allah SWT menjelaskan bahwa Dia telah mengutus beberapa utusan kepada tiap-tiap umat yang terdahulu, seperti halnya Dia mengutus Nabi Muhammad saw kepada umat manusia seluruhnya. Oleh sebab itu manusia hendaklah mengikuti seruannya, yaitu beribadat hanya kepada Allah SWT yang tidak mempunyai serikat dan larangan mengingkari seruannya, yaitu tidak boleh mengikuti tipu daya setan yang selalu menghalang-halangi manusia mengikuti jalan yang benar. Setan-setan itu selalu mencari-cari kesempatan untuk menyesatkan manusia. [3]
Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.”  (Q.S Al Anbiya': 25)
Dan firman Nya lagi yang artinya: Dan tanyakanlah kepada Rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu: "Adakah Kami menentukan Tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?". (Q.S Az Zukhruf: 45)
Dari uraian tersebut dapatlah dipahami bahwa secara yuridis Allah tidak menghendaki hamba Nya menjadi kafir, karena Allah SWT telah melarang mereka itu mengingkari Allah. Larangan itu telah disampaikan melalui Rasul-Nya. Akan tetapi apabila ditinjau dari tabiatnya, maka di antara hamba Nya mungkin saja mengingkari Allah, karena manusia telah diberi pikiran dan diberi kebebasan memilih sesuai dengan kehendaknya. Maka takdir Allah berlaku menurut pilihan mereka itu. Maka apabila ada di antara hamba Nya yang tetap bergelimang dalam kekafiran dan dimasukkan ke neraka Jahanam bersama sama dengan setan-setan mereka, maka tidak ada alasan bagi mereka untuk membantah, karena Allah telah cukup memberikan akal pikiran serta memberikan pula kebebasan untuk memilih dan menentukan sikap jalan mana yang harus mereka tempuh. Sedang Allah sendiri tidak menghendaki apabila hamba Nya itu menjadi orang-orang yang kafir.
Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa Allah telah memperingatkan sikap hamba Nya yang mendustakan kebenaran Rasul. Dengan mengancam mereka akan memberikan hukuman di dunia apabila setelah datang peringatan dari Rasul, mereka tidak mau mengubah pendiriannya. Allah SWT menjelaskan bahwa setelah mereka kedatangan Rasul ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan diberi taufik karena mereka telah mempercayai Rasul, menerima petunjuk-petunjuk yang dibawanya serta suka mengamalkan petunjuk-petunjuk itu. Mereka inilah orang-orang yang berbahagia dan selamat dari siksaan Allah. Akan tetapi di antara mereka ada pula yang benar-benar menyimpang tidak mau mengikuti petunjuk Rasul Nya, dan mengikuti tipu daya setan-setan, maka Allah membinasakan mereka dengan hukuman Nya yang sangat pedih. Dan Allah menurunkan pula berbagai macam bencana yang tidak dapat mereka hindari lagi.
Sesudah itu Allah SWT memerintahkan kepada mereka agar berkelana di muka bumi serta menyaksikan negeri-negeri yang didiami oleh orang-orang zalim. Kemudian mereka disuruh melihat bagaimana akhir kehidupan orang-orang yang mendustakan agama Allah. Di dalam ayat ini Allah SWT menyuruh manusia agar mengadakan penelitian terhadap sejarah bangsa yang lain dan membandingkan di antara bangsa-bangsa yang menaati Rasul dengan bangsa-bangsa yang mengingkari seruan Rasul agar mereka dapat membuktikan bagaimana akibat dari bangsa-bangsa itu. Hal ini tiada lain hanyalah karena Allah menginginkan agar mereka itu mau mengikuti seruan Rasul dan melaksanakan seruannya.[4]


2.       Tafsir Qur’an Surat Al Baqarah (2): 213


Artinya:
“Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”

Tafsir Ayat
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ia mengatakan: “Antara Nuh dan Adam itu berselang sepuluh generasi, semuanya berpegang pada syari’at Allah SWT. Kemudian terjadilah perselisihan diantara mereka, lalu Allah Ta’ala mengutus para Nabi yang menyampaikan kabar gembira dan memberi peringatan.”
Sehubungan dengan firman Allah SWT: Manusia itu adalah umat yang satu, ” ‘Abdurrazzaq berkata, Mu’ammar memberitahukan kami dari Qatadah, ia mengemukakan: “Mereka semua dalam petunjuk, kemudian mereka pun berselisih,  Maka Allah mengutus para Nabi,’ Nabi yang pertama kali diutus adalah Nuh AS.
Hal ini senada juga dikemukakan oleh Mujahid, sebagaimana yang dikatakan Ibnu ‘Abbas diatas.
Masih mengenai firman Allah Ta’ala: Manusia itu adalah umat yang satu, ” Al-Aufi menceritakan dari Ibnu ‘Abbas ia mengatakan “Mereka mati dalam keadaan kafir.  Maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan’
Pendapat pertama yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas memiliki sanad dan makna yang lebih shahih. Karena ummat manusia pada saat itu menganut agama yang dibawa Adam AS hingga akhirnya mereka menyembah berhala, maka Allah SWT mengutus Nuh AS kepada mereka. Ia adalah Rasul pertama yang diutus ke muka bumi ini, Oleh karena itu Allah SWT berfirman:
”Dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri.”
Maksudnya, hujjah telah tegak atas mereka, dan yang mendorong mereka berbuat demikian tidak lain hanyalah kedengkian diantara mereka.
“Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”
Mengenai firman Allah SWT “Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya.” Ibnu Wahab meriwayatkan dari Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, dari ayahnya, ia mengatakan: Lalu mereka pun berselisih mengenai hari Jum’at, maka orang-orang Yahudi menetapkan hari Sabtu dan Nasrani hari Ahad. Kemudian Allah SWT memberikan petunjuk kepada ummat Muhammad SAW untuk menetapkan hari Jum’at. Setelah itu mereka berselisih mengenai kiblat, maka orang-orang Nasrani pun menjadikan Masyriq sebagai kiblat, orang-orang Yahudi memilih Baitul Maqdis, kemudian Allah SWT memberi petunjuk kepada ummat Muhammad SAW untuk menjadikan Ka’bah sebagai Kiblat.
          Mereka juga berselisih mengenai shalat. Diantara mereka ada yang hanya mengerjakan ruku’ saja tanpa sujud, ada juga yang hanya sujud saja tanpa ruku’. Juga ada yang mengerjakan shalat sambil berbicara, ada yang sambil berjalan. Kemudian Allah SWT memberikan petunjuk kepada ummat Muhammad SAW mengenai ibadah shalat dengan cara yang benar.
          Selain itu juga mereka berselisih mengenai ibadah puasa. Ada diantara mereka yang sedang berpuasa setengah hari saja, ada yang berpuasa dengan tidak makan sebagaian makanan saja. Kemudian Allah SWT memberikan petunjuk kepada umat Muhammad SAW mengenai ibadah puasa dengan cara yang benar.
          Mereka juga berselisih mengenai Ibrahim AS, orang orang Yahudi mengatakan: “Ibrahim adalah seorang Yahudi.” Sedangkan orang-orang Nasrani mengatakan :”Ibrahim itu adalah seorang Nasrani.” Padahal Allah SWT telah menjadikannya seorang hanif (lurus, condong pada kebenaran) lagi berserah diri kepada Allah SWT. Kemudian Allah SWT memberikan petunjuk tersebut kepada umat Muhammad SAW mengenai kebenaran tentang diri Ibrahim tersebut.
          Mereka juga berselisih tentang Isa AS, orang-orang Yahudi mendustakannya dan mereka menuduh ibunya, Maryam, berbuat zina. Sedangkan orang orang Nasrani menjadikannya sebagai sesembahan dan anak Tuhan. Padahal Allah SWT telah menciptakannya dengan kalimat-Nya dan ditiupkan ruh dari-Nya. Kemudian dia memberikan petunjuk kepada umat Muhammad SAW kebenaran mengenai hal tersebut.
          Masih mengenai firman-Nya:    Rabi bin Anas mengatakan: “Maksudnya ketika terjadinya perselisihan, mereka masih menganut apa yang dibawa oleh para Rasul sebelum perselisihan tersebut terjadi. Mereka semua berada dalam tauhid yang hanya beribadah kepada Allah SWT semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, mereka mengerjakan shalat dan menunaikan zakat. Jadi mereka tetap menjalankan perintah yang pertama sebelum terjadi perselisihan, juga menjauhkan perselisihan. Mereka ini adalah sebagai saksi bagi umat manusia pada hari Kiamat kelak, saksi bagi kaum Nabi Nuh, Nabi Hud, Nabi Shalih, Nabi Syu’aib AS, dan keluarga Fir’aun, bahwa para Rasul mereka telah menyampaikan risalah kepada mereka, tetapi mereka mendustakan para Rasul tersebut. Dan Allah SWT memberikan petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.”
          Dan mengenai ayat ini, Abul ‘Aliyah mengatakan: ”Allah yang mengeluarkan mereka dari keraguan, kesesatan, dan fitnah.”
          Firman-Nya:  Dengan kehendak-Nya.” Artinya, sesuai dengan pengetahuan-Nya tentang mereka dan petunjuk yang diberikan kepada mereka. Demikian dikatakan oleh Ibnu Jarir.
          Firman-Nya lebih lanjut:  Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya.” Diantara makhluk-Nya:  Ke jalan yang lurus” Yakni, Allah SWT mempunyai hikmah dan hujjah yang sempurna.
          Dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim diriwayatkan hadits dari Aisyah ra bahwa Rasulullah SAW juga bangun malam dan mengerjakan shalat, beliau mengucap:
“Ya Allah, Rabb Jibril, Mikail, dan Israfil, pencipta langit dan bumi, yang mengetahui semua hal yang ghaib dan yang nyata, Engkau yang memberikan putusan diantara hamba-hamba-Mu, tentang perkara ysng mereka perselisihkan. Tunjukkan kepadaku kebenaran dari apa yang mereka perselisihkan itu dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberikan petunjuk kepada siapa saja yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.”
          Dan dalam do’a yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW.
Ya Allah, perhatikan kepada kami yang benar itu benar dan karuniakan kepada kami untuk dapat mengikutinya. Dan perlihatkan kepada kami yang bathil itu adalah batil, dan karuniakanlah kami untuk dapat menghindarinya. Janganlah Engkau menjadikannya samar dihadapan kami sehingga kami tersesat. Dan jadikan kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa.”[5]

3.       Tafsir Qur’an Surat Al Hadid (57): 27

Artinya:
“Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang- orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik.”

Tafsir Ayat
Allah SWT memberitahukan bahwa sejak mengutus Nuh AS, Dia tidak mengutus setelahnya seorang Rasul dan Nabi pun melainkan dari keturunannya. Demikian juga dengan Nabi Ibrahim AS, Dia tidak menurunkan satu Kitab pun dari langit  dan tidak pula mengutus  seorang Rasul serta tidak mewahyukan kepada seorangpun melainkan dia berasal dari silsilah keturunannya. Sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam surat lain:  Dan Kami jadikan kenabian dan Al Kitab pada keturunannya” (QS. AL-Ankabuut: 27)
          Bahkan termasuk Nabi terakhir dari kalangan Bani Israil  --‘Isa bin Maryam-- AS yang telah diberi kabar gembira atas kehadiran Rasul setelahnya, Muhammad SAW. Oleh karena itu, Allah SWT berfirman:
 “Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil” Yaitu, al-Kitab yang diturunkan Allah SWT kepadanya.  Dan Kami jadikan dalam hati orang- orang yang mengikutinya” yakni para Hawariyyun (para pengikut setia)  Rasa santun dan kasih sayang” terhadap sesama makhluk.
          Dan firman Allah SWT:  Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah.” Yakni, yang dibuat-buat oleh kaum Nasrani. Padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka.” Maksudnya, sedang Kami sama sekali tidak pernah mensyari’atkan hal itu bagi mereka, tetapi mereka mengadakan hal seperti itu karena terdorong oleh diri mereka sendiri.
          Sedangkan firman-Nya lebih lanjut:  Tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah,” mengenai hal ini terdapat dua pendapat. Pertama, dengan melakukan hal itu mereka bertujuan untuk mencari keridhaan Allah. Demikian yang dikatakan oleh Sa’id bin Jubair dan Qatadah. Dan pendapat kedua menyatakan bahwa artinya, kami tidak menetapkan hal tersebut bagi mereka, tetapi kami tetapkan hal tersebut bagi mereka dalam rangka mencari keridhaan Allah SWT.
          Firman-Nya lebih lanjut: “Lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya.” Maksudnya, mereka tidak mengerjakan apa yang mereka buat-buat itu dengan sebaik-baiknya. Demikianlah, Allah hinakan mereka dari dua sisi. Pertama, karena mereka telah berbuat bid’ah dalam menjalankan agama Allah, yaitu menjalankan sesuatu yang tidak pernah diperintah oleh Allah SWT. Kedua, karena mereka tidak mengerjakan apa yang mereka buat buat itu dan yang mereka akui sebagai suatu yang dapat mendekatkan mereka kepada Allah SWT.
          Firman-Nya:  Maka, Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya.” Yakni, mereka yang beriman kepadaku dan membenarkan diriku.  Dan banyak diantara mereka orang-orang fasik.” Yaitu, mereka yang mendustakan dan menentang diriku.
Imam Ahmad meriwayatkan, Husain--Ibnu Muhammad—memberitahu kami, dari Abu Sa’id al-Khudri ra bahwasannya ada seorang laki-laki yang mendatanginya seraya berkata: “Berpesanlah kepadaku.” Maka Abu Sa’id menjawab: “Engkau meminta kepadaku apa yang dahulu pernah aku pinta kepada Rasulullah SAW. Aku berpesan kepadamu untuk senantiasa bertakwa kepada Allah SWT, karena sesungguhnya Dia adalah pokok dari segala sesuatu. Kemudian engkau juga harus berjihad, karena jihad merupakan rabbaniyah dalam Islam. Hendaklah engkau berzikir kepada Allah dan membaca al-Qur’an, karena sesungguhnya ia merupakan ruh dirimu di langit dan ingatanmu di bumi.” Demikianlah yang diriwayatkan Imam Ahmad. Wallahu a’lam.[6]





BAB III
PENUTUP

A.     KESIMPULAN
Pada Surat Shaad ayat 71-88 menjelaskan tentang penciptaan Adam ‘alaihis salam, kesombongan Iblis, peringatan terhadap godaan setan, tugas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan menerangkan tentang ancaman bagi orang-orang kafir. Pada surat Al-Kahfi ayat 50-51 Allah mengingatkan bahwa Iblis adalah musuh manusia, kita tidak boleh menyekutukan Allah, dan Allah juga mengingatkan bahwa Dia-lah yang menciptakan segala sesuatu, mengatur, dan menentukannya sendiri.
Dalam An-Nahl ayat 36 ini Allah SWT menjelaskan bahwa Rasul itu diutus sesuai Sunatullah yang berlaku pada umatnya. Mereka itu adalah pembimbing manusia ke jalan yang lurus. Oleh sebab itu, manusia hendaklah mengikuti seruannya, yaitu beribadah hanya kepada  Allah dan tidak boleh mengikuti tipu daya setan. Kemudian Allah juga menjelaskan bahwa Allah memperingatkan sikap hamba-Nya yang mendustakan kebenaran Rasul. Dengan mengancam mereka akan memberikan hukuman di dunia apabila telah datang peringatan dari Rasul. Di dalam ayat An-Nahl ini Allah juga menyuruh manusia menegakkan penelitian terhadap sejarah bangsa yang lain dan membandingkan di antara bangsa-bangsa yang mentaati Rasul dengan bangsa yang mengingkari seruan Rasul sehingga mereka dapat membuktikan bagaimana akibat dari bangsa-bangsa itu.
Dalam surat Al-baqarah ayat 213 ini Allah SWT menjelaskan bahwa manusia adalah umat yang satu. Bila telah terjadi suatu penyimpangan pada suatu kaum maka Allah akan mengutus Nabi dan Rasul untuk meluruskan kembali akidah mereka. Bila terjadi suatu perselisihan maka Allah akan memberi petunjuk. Dan dalam surat Al-Hadid ayat 27 Allah menjelaskan bahwa sejak mengutus Nuh AS, Dia tidak mengutus setelahnya seorang Rasul dan Nabi pun melainkan dari keturunannya. Dalam ayat ini Allah juga menjelaskan bahwa kaum Nasrani telah berbuat bid’ah dalam menjalankan agama Allah, yaitu menjalankan sesuatu yang tidak pernah diperintah oleh Allah SWT. Dan mereka tidak mengerjakan apa yang mereka buat-buat itu dan yang mereka akui sebagai suatu yang dapat mendekatkan mereka kepada Allah SWT.
                                                                                  
DAFTAR PUSTAKA

Quthb, Sayyid. 2004. Tafsir Fi Zilalil-Qur’an. Jakarta: Gema Insani.
Hasbi, Muhammad. Ash-Shiddiqy. 2000. Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur. Semarang: Pustaka Rizki Putra.     
Tafsir Ibnu Kasir Jilid 1 terjemahan M. Abdul Ghoffar E.M. dan Abu Ihsan al-Atsari. 2010. Jakarta:Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
Tafsir Ibnu Kasir Jilid 5 terjemahan M. Abdul Ghoffar E.M. dan Abu Ihsan al-Atsari. 2010. Jakarta:Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
Tafsir Ibnu Kasir Jilid 8 terjemahan M. Abdul Ghoffar E.M. dan Abu Ihsan al-Atsari. 2010. Jakarta:Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
Tafsir Ibnu Kasir Jilid 9 terjemahan M. Abdul Ghoffar E.M. dan Abu Ihsan al-Atsari. 2010. Jakarta:Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
Al-Qur’an digital versi 2.0


[1] Tafsir Ibnu Kasir Jilid 8 terjemahan M. Abdul Ghoffar E.M. dan Abu Ihsan al-Atsari, Jakarta:Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2010, hlm. 123-126.
[2] Tafsir Ibnu Kasir Jilid 5 terjemahan M. Abdul Ghoffar E.M. dan Abu Ihsan al-Atsari, Jakarta:Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2010, hlm. 347-349.

[3] Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zilalil-Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2004, hlm. 67-73.          

[4] Muhammad Hasbi, Ash-Shiddiqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur, Semarang: Pustaka Rizki
  Putra, 2000, hlm. 179.      
[5] Tafsir Ibnu Kasir Jilid 1 terjemahan M. Abdul Ghoffar E.M. dan Abu Ihsan al-Atsari, Jakarta:Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2010, hlm. 409-413.
[6] Tafsir Ibnu Kasir Jilid 9 terjemahan M. Abdul Ghoffar E.M. dan Abu Ihsan al-Atsari, Jakarta:Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2010, hlm. 315-316.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar